PEREMPUAN BERANGIN
seumpama bertamu
juga debu-debu
dalam segenap
mimpi dan tidurku
jemputlah, hai,
perempuan berangin
jemputlah tubuh
ringkih yang telah lupa
bagaimana cara
membangunkan mata
bagaimana cara
menyuburkan dusta.
dari jauh yang
tak mungkin lagi ditempuh
aku menerbangkan
layang-layang
dan di
ketinggian, aku kehilangan angin
sudah kusebut,
hei, perempuan berangin
biarlah angin
tumbuh bersama ketinggian
layang-layang pun
berhak mendapat sedikit
pelukan dan
pengkhianatan
benang terulur
panjang, namun turun tinggal bingkai.
aku putus jalur
angin yang singgah tiap malam hendak berlalu
sungguh aku ingin
sendiri saja menghadapi rasa pilu
jangan biarkan
sisa tubuhmu yang tertinggal di saku baju
sejak keramaian
yang kita ciptakan dalam sabtu yang layu
tak mampu menebus
rindu yang terhalang hal-hal tabu
hai, perempuan
berangin, perempuan yang dikutuk beratus ingin
perlukah menjadi
satu bila akhirnya menjadi abu.
mari sejenak kita
beristirahat dari kepedulian
biarkan batu-batu
tetap mengganjal hati juga jantung
ada detakku yang
tak ingin sampai kausamakan
ada banyak
perasaan yang sebenarnya lebih baik samar
sebab bagaimanapun kau sungguh tak berwujud
hanya sejuk
ataupun gersang
yang sesekali
singgah menggerayang badan.
SEBELUM PATAH HATI
sebelum ranting
kayu tersungkur
di tanah lalu tak
bisa lagi menusuk
tentulah ia paham
bagaimana berada
di ketinggian
matahari yang
datang tepat waktu
membunyikan
alaram
di antara cahaya
yang membelai dahan-dahan.
sekawanan burung
singgah
membuat sarang
atau sekedar
mengecupkan pagi.
sedalam apa akar
mampu
menyerap
inti-inti air
setinggi apa inti
air mampu
menempuh
pendakian.
di batang, di
batang mereka bertemu
menyelesaikan
sejumlah tanya
yang tak
semestinya
mereka simpan
atau mereka buang.
tentu kau merasa
bahwa matahari
selalu datang
tepat waktu untuk membangunkanmu tiap pagi
sekawanan burung
yang singgah di dahan memainkan pertunjukan
yang lebih syahdu
dari mimpi
akar dan air
adalah sepasang kekasih yang tersenyum menjalani kutukan
kesetiaan yang
abadi.
hanya saja, itu
sebelum kau patah hati.
Batang
Agam 5, 2011
DI SEBUAH TAMAN
di sebuah taman
tengah kota
sepasang tubuh
yang kasmaran sedang
memahami
kesetiaan yang semestinya
mendalami cinta
yang apa adanya.
sehelai daun dari
ranting tua jatuh
di hadapan kaki
mereka
menghadiahkan
prasangka bahwa usia
tak membunuh
dengan tiba-tiba.
namun, mereka
hanya dapat mengira-ngira:
tentulah angin
dan daun-daun
pernah saling
ingin sebelum akhirnya
mengalah kepada
dingin.
sebagaimana
hujan, keremangan adalah
pemilik
kehangatan yang rela meminjamkan tubuhnya.
bahkan dengan
ikhlas menghadiahkan beberapa dekapan dan kecupan.
di sebuah taman
tengah kota itu aku pernah mengajakmu.
mengajarkanmu
memaknai kesepian.
dengan daun-daun
yang tertahan kematian
atau dahan mati
yang memaikan daun-daun.
sebagaimana
dekapan, hujan adalah
kehangatan paling
nyaman.
menghadiahkan
kecupan dan kedipan.
dan sungguh, ini
kali kesekian aku membangun taman dalam kenangan.
Tunggulhitam,
2011
DODOL GARUT
/R.
Vien
di garut, dan
mungkin dalam kesakitan perut
aku bertemu
denganmu
si manis legit
yang terduduk di depan rumah sakit
sambil
melambaikan berbotol-botol intisari
seolah paham
bahwa rumahsakit adalah
tempat yang
paling pas buat begadang.
tubuhmu kebal
angin malam
parumu tahan
semua godaan
dan lidahmu
semacam apotik.
di mana banyak
racun yang terbungkus
dalam kemasan
yang menarik.
aku ingin
mengajakmu pulang
tapi kekasihmu
terlanjur mendekam
dalam botol-botol
minuman.
menenggaknya
seperti menciumi dada kekasih
kekasihmu
bukanlah kekasihmu
ia hanyalah
titipan dari hati yang kasmaran dan kaupinjam berbulan-bulan
ialah penyakit di
mana tak satupun rumah sakit bisa menjenguknya
ialah apotek yang
kehabisan resep
ialah botol
minuman yang hendak kuhantam ke kepalamu!
Kp.
Kalawi, 2011
PEUYEUM BANDUNG
/RH.
Ilman
di perumpamaan
ini,
kaulah si peuyeum
bandung, si asam-asam manis
yang tumbuh
dibiar hitungan hari dibesarkan bukit dan angin sejuk.
ayahmu telah lama
abadi dan hidup selucu lelucon garing,
sebab itu hitam
biji matamu (yang mengingatkanku
pada butir beras
ketan hitam yang kita simpan di bawah ranjang,
dengan diam-diam
mencari tahu secepat apa ia menjadi)
hidup sempurna di
bawah terang bulan yang nyalang.
di perumpamaan
ini,
kaulah si bulan
terang, si pucat pasi
yang terlambat
datang.
sejauh mata
menengadah hanya percuma
yang ditandai
langit-langit mabuk,
yang dikecupi
malam-malam sialan.
ibumu telah lama
sendiri,
dan adikmu telah semakin menjadi putri.
sebab itu, pucat
tubuhmu, sepucat perawan
di puncak bulan
menenun kain panjang hingga subuh.
(lagi-lagi aku
teringat segelas es peuyeum bandung
yang sesegukan di
bawah bulan terang,
dan kau sedang
asyik membunuh kecemasan)
bila di kotamu
hujan sedang turun,
sementara aku
baru jatuh dari daun
suguhkan aku
peuyeum bandung.
sebelum bulan
pucat dan tubuhmu
menjelma
sekawanan embun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar